Selasa, 17 Februari 2015

PUISI BERJUDUL "INSAN TUHAN"

karya : Nurisah

Ketika langit mulai nampak dengan keanggunan panorama,
semerbak angin merasuk nan lembut di jemari...
Insan...
gemulai nampak bah boneka terawat nan apik...
Anggun...
ketika semua bara api padam tertepis udara...

kala ku ingat waktu itu....

Air mata bahagia....
air mata haru...
ibu menatap sayup ke tubuh mungilku...
ibu membelai mesra untaian rambut bah benang sutera berajut...

Dunia...
kini kau menyambutku...
Dunia...
kini senyummu menyapaku...

ku pandang kembali lesung pipinya yang manis...
ku pandang kembali keringat lelahnya yang bercucuran...
Tuhan...
lindungi dirinya,....
jaga dirinya.....
sosok malaikat penuh cinta suci.....
sosok malaikat penuh cahaya kasih.....
dia lah.... yang mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku...
IBU.........................

Jumat, 16 Januari 2015

SUNGGUH, AKU MENCINTAIMU KAR'NA ALLAH

SUNGGUH, AKU MENCINTAIMU KAR’NA ALLAH
Karya : Nurisah

Cerita ini berawal dari sosok bidadari cantik yang sekilas melintas di kedua bola mataku. Waktu itu hari menunjukkan pukul 15.00 tepat sekali ketika aku selesai mengikuti les kajian al-kitab di kampus. Tiba-tiba hati ini terpaku dikala terlintasi sesosok wanita anggun di hadapanku. Kebetulan namaku adalah doni, kini aku menempati semester 7 di salah satu universitas ternama di Jakarta.

“Subhanallah, siapa wanita cantik nan anggun itu?” gumamku dalam hati

“Semoga aku dapat bertemu dengannya lagi” sekejap ku terdiam sambil terus memegangi kunci motor yang sampai saat ini belum aku nyalakan dimotor tuaku

Setiba di rumah, aku terus memikirkan paras cantik itu. Padahal sesekali aku menyadari bahwa hal itu tak boleh aku lakukan. Bintang-bintang indah seolah ikut tersenyum menyelimuti perasaan ku yang saat ini tengah berbunga-bunga.  Tak sabar untuk menanti esok datang agar aku bisa berkenalan dengannya.

Memang pepatah selalu berkata benar, pucuk di cinta ulampun tiba. Tak pernah aku duga sebelumnya, ternyata dia menempuh pendidikan di tempat yang sama denganku. Untuk kedua kalinya, kami dipertemukan kembali di acara pengajian kampus. Dengan agak sedikit malu, langsung saja kuberkenalan dengannya. Ternyata namanya adalah aisyah. Nama yang sungguh indah bak seindah parasnya, subhanallah.

Mengingat isi ceramah tadi yang menjelaskan tentang indahnya pernikahan dan rumah tangga, langsung saja dibenakku hanya terngiang satu kalimat, “andai aku bisa meminangnya”. Ah, mungkin saja aku hanya bermimpi untuk mendapatkan bidadari yang pastinya sudah banyak yang ingin melamarnya.

Seperti tertimpa durian runtuh, aku diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh. Dan ntah dirasuki setan apa yang membuatku berani untuk menjalin status dengannya, dan iapun dengan nada yang sedikit malu disertai mata sayup-sayup memandang dengan lemah lembut ia berkata 
 “Insya Allah, atas seizin-NYA aku bersedia untuk lebih dalam mengenalmu”

Nampaknya seluruh syaraf di tubuh ini menari dan detak jantungpun sudah tak beraturan lagi. Tapi tersontak kegembiraanku saat ini terhenti dengan nada kalimat keduanya yang mengatakan 

“tapi, aku belum siap jika kau ingin segera melamarku”.

“Baiklah jika itu yang kamu mau, kita jalani saja ta’aruf ini bagai riak air mengalir” ungkapku untuk menenangkan sedikit kekhawatiranku terhadap penolakannya

Sudah beberapa bulan kami menjalani hubungan ini tanpa ada perbincangan untuk ke arah yang lebih serius. Dan tekadku sudah bulat untuk mengatakan bahwa aku siap meminangnya dan ingin menjadikan ia sosok ibu dari calon anak-anaku kelak. Akan tetapi, hatiku kembali terkoyakkan setelah yang ke sekian kali ia mengatakan tidak siap untuk ku pinang.

Kini, semangatku redup, beberapa nilai mata kuliah yang ku ikuti menurun drastis dikarenakan fikiranku yang tak lagi fokus hanya memikirkan satu bidadari yang saat ini ada di hatiku.

“Ya Allah, apa yang harus kulakukan? KAU lah yang MAHA tau segalanya. Engkau tau bahwa karena-MU lah aku bulatkan niatku untuk meminangnya” tanyaku dalam hati

“Vita, kenapa kamu tega menolak tawaranku? Aku ga mungkin cari sayap-sayap yang lain sedangkan sayapku kini patah karenamu” terus ku bergumam dalam hati

Fikiran pendekku tersirat di kala melihat beberapa obat yang berada persis dalam kotak P3K di ruang tamu rumahku. Langsung saja kulahap beberapa obat cair dan kapsul yang ada, kini seluruh urat ditubuhku mengejang dan buih-buih busa terus mengalir dari mulutku.

Tak lama kemudian keluargaku tersontak dan dengan segera melarikanku ke rumah sakit terdekat di daerah tamrin, Jakarta.

................

Dengan mata terbuka perlahan, seakan aku tengah berada di alam lain yang ternyata di sekelilingku hanya ada berbagai peralatan pasien sperti tabung oksigen dan selang infus.

Aku menjelaskan pada keluargaku tentang semua alasanku kenapa aku menjadi seperti ini. Ibu dan kakak-kakaku hanya memberikan semangat dan menasehatiku kala itu. Akupun kembali tersadar dari maut yang hampir menjemputku gara-gara ulahku sendiri.

Kejadian bunuh diri itu aku lakukan hampir tiga kali. Semuanya tak lepas karena untuk ke sekian kalinya pula vita masih menolak untuk aku pinang. Sepertinya hati ini sudah benar-benar terpaut padanya. Hingga hanya kematian yang selalu ingin aku lakukan pada tubuhku ini.

“sungguh, Demi Allah. Aku mencintaimu karena Allah, Vit” kalimat itu selalu membayang-bayangi disetiap jemari kakiku melangkah

Tak ada jalan lain selain berpasrah dan menyerahkan semuanya pada Allah.

Jelang satu tahun, gelar sarjanapun telah ku sandang. Begitu pun dengan vita. Dan kini aku menjadi guru di salah satu sekolah terfavorit di Jakarta pusat. Sungguh banyak wanita yang selalu berusaha menarik dan memikat hatiku. Tapi sampai saat ini aku masih belum dapat menghilangkan satu nama yang masih bersinggah.

Sungguh Allah Maha Besar dan selalu menunjukkan suatu keajaiban bagi hamba-NYA yang selalu berikhtiar pada-NYA. Kali ini Allah mempertemukanku di salah satu Bank dengan sosok bidadari yang nampak tak asing dan hati ini sangat mengenalnya. Dan benar saja ternyata dia adalah Vita. Dia kini bekerja menjadi salah satu teller di Bank swasta di sputar daerah jakarta. 

 Betapa terkejut dan  bahagianya hati ini di saat mendengar kalimat yang ia bisikkan “A, masih ingatkah denganku? apa tawaranmu padaku masih berlaku sampai saat ini?” aku terdiam seketika dan hanya terngiang satu kata, yaitu “MEMINANG”

Tak ingin ku buang waktu dan menyia-nyiakan kesempatan yang masih Allah beri padaku. Tepat pada harai minggu, aku dan keluargaku menyambangi rumahnya dan bermaksud untuk melamar bidadari mereka. Dengan suasana hening dan sepi tanpa sepatah dua katapun yang dilontarkan dari salah satu di antara kami yang saat ini tengah berada di rumahnya.
 
Dengan pipi merah merona di selipkan lesung pipinya yang manis, ia pun menjawab sambil tersenyum.

“Insya Allah. Kini aku siap untuk menerima lamaranmu karena Allah”

Beberapa minggu kemudian, Kamipun melangsungkan pernikahan sederhana yang menjadikan bumi dan langit beserta isinya sebaga saksi janji cinta suci kami berdua, hingga maut yang akan memisahkan kita.



Sungguh besar kekuasaan Allah, Allah tak pernah menukarkan jodoh, rizki, sakit, sehat dengan sesuatu yang tidak bisa kita hadapi. Teruslah berusaha dan yakinkan satu niat dan tekad hanya karena Allah. Karena sesungguhnya Allah akan selalu bersama orang-orang yang senantiasa mengingat-NYA.

-- TAMAT --

Selasa, 13 Januari 2015

DO'A ADALAH SUMBER KEAJAIBAN



KEJUTAN DI BALIK UNTAIAN DO’A
Karya : Nurisah

Tepat hari ini , tanggal 6 januari 2015, di detik ini, diriku dengan ukuran body yang agak sedikit berisi. Merasa menjadi orang yang paling terhimpit dibagian lorong-lorong jalan buntu yang ntah akan dari mana aku bisa menemukan jalan keluar. Terpojok, seakan semuanya hanya sudut yang aku temui.  Ku teriakkan isi hati, namun seakan gumpalan awan hitam menutupi niatku untuk meneriakkan apa yang ingin ku teriakkan. Langit masih terlihat cerah karena hari itu tepat pukul menunjukkan jam 09.56 WIB. Dan hanya ada dua kata yang muncul difikaranku, yaitu ‘BEASISWA, SPP’.

Beasiswa, salah satu kata yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi semua peserta didik dalam dunia pendidikan. Memang sangat menggiurkan apabila telah dibuka waktu pendaftaran untuk mendapatkan beasiswa, khususnya bagi mereka yang memiliki ekonomi yah.... bisa dibilang pas-pasan bahkan jauh dari pas lah. Hmmmmm..... termasuk aku (panggil saja ica) yang beruntungkan mendapatkan beasiswa tersebut disalah satu institut ternama di Jawa Barat. 

Lega. Gembira. Itulah perasaan yang ku rasakan saat pertama kali  nama ku dan kawan-kawan terpampang di selembaran kertas yang tersedia dipapan lebar. Tapi, kini berubahlah keceriaan itu menjadi kesedihan yang kini tengah ku rasakan. Dan ternyata fakta yang ada ialah karena uang beasiswa diundur untuk dicairkan. Sekali lagi isak tangisku mengalir di sela-sela hati yang terkoyak.

Entahlah. Gimana nasib kuliahku semester ini, yang kufikirkan saat ini adalah tak ingin kedua orang tuaku tahu jikalau beasiswa belum dicairkan. Aku harus cari sendiri uang pinjaman yang bisa aku gunakan untuk pembayaran kali ini. Tiada hentinya aku berdo’a agar Allah memberikanku jalan terbaik untuk mengatasi cobaan ini. Aku mencoba menceritakan masalah ini ke beberapa temanku yang bisa dibilang pandai menyimpan rahasia .hehehe


Akhirnya, terjawablah do’aku beberapa hari ini, Allah mengirimkan sosok malaikat yang bersedia membantuku untuk mencari jalan keluarnya. Seketika semua debu-debu berat nan kotor yang menempel dibadanku terasa terangkat dengan tersendirinya secara perlahan. Ntah harus dari mana untuk mulai bersyukur, karena sesungguhnya Allah selalu memberikan kejutan dibalik ujian yang telah diberikan. Sedih, isak, tangis, teriak, sesal, semua akan Allah rubah menjadi satu, yaitu KEBAHAGIAAN. 


THANKS GOD.